Selasa, 22 September 2015

MENULIS NASKAH DRAMA

16.1 Menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca
Pada pembelajaran ini, kamu akan belajar menulis drama berdasarkan cerpen yang sudah kamu baca. Seperti sudah kamu ketahui, naskah drama berupa dialog langsung antartokoh dan naskah cerpen berupa narasi. Oleh karena itu, kamu harus mengubah narasi tersebut menjadi dialog antartokoh.
Pahami penjelasan berikut!
Supaya naskah drama yang kamu tulis baik dan mudah bila dipentaskan, kamu perlu memperhatikan kaidah penulisan drama. Ketentuan penulisan naskah drama adalah sebagai berikut.
a. Seluruh isi cerita dilukiskan melalui dialog, baik tokoh maupun narator.
b. Petunjuk teknis untuk pemain, latar, dan lain-lain ditulis di dalam tanda kurung atau dengan huruf yang berbeda dengan huruf pada dialog.
c. Nama tokoh terletak di atas dialog atau di samping kiri dialog.
d. Semua dialog tidak menggunakan tanda petik.
Cermati contoh penyusunan naskah drama dari sebuah kutipan cerpen di bawah ini!
A. Naskah Cerpen
Pertemuan di Karangjati
Malam-malam Paman datang menemui Ning dan keluarganya yang tinggal di tenda pengungsi. Paman mengajak Ning dan keluarganya pindah ke Solo. Semula ayah ragu-ragu, namun akhirnya menyetujui.
B. Naskah Drama
Pertemuan di Karangjati
Para pelaku:
1. Paman
2. Ning
3. Ayah
Pentas/panggung menggambarkan suasana malam hari di sebuah tenda pengungsi. Ning dan ayahnya digambarkan duduk bersila sedang berbincang-bincang di antara pengungsi yang lain.
Paman
:
(masuk ke pentas, mengucapkan salam) Assalamualaikum!
Ning, ayah, dan pengungsi lain
:
(bersama-sama, memerhatikan ke arah datangnya suara) Alaikumsalam wr. wb.!
Ning
:
Paman! (agak berteriak, berdiri kemudian setengah berlari menyambut paman, pengungsi yang lain memerhatikan) Ayo, Paman, mari masuk! (menarik tangan paman) Silakan duduk, Paman!
Paman
:
(duduk) Bagaimana keadan kalian?
Ayah
:
(ragu-ragu) Kami baik-baik di sini, Dik! Sudahlah, tak perlu engkau khawatir! (pelan) www.gurusoal.com halaman-1
www.gurusoal.com halaman-2
Paman
:
(menatap Ning) Kalau kamu bagaimana, Ning?
Ning
:
(diam, memerhatikan paman dan ayah)
Paman
:
(membujuk dengan sabar) Ning, mau, ya, bersama keluarga pindah ke Solo?
Ning
:
(berpikir, melihat ke ayahnya) Bagaimana Ayah?
Ayah
:
(ragu-ragu) Bagaimana, ya? Ya, sudahlah kami mau.
Baca cerpen berikut, kemudian dengan langkah-langkah yang telah kamu pelajari, buatlah menjadi sebuah naskah drama!
Aku dan Mama Kompak Sekali
Karya: Meutia Geumala (majalah Ummi)
Lina mengaduk-aduk makan malamnya dengan malas. la teringat akan penjelasan wali kelas tadi pagi, setiap anak harus mengikuti lomba seni di sekolah bersama ibu masing-masing. Aduh, masa aku harus datang sama Mama Niken, sih?
"Kenapa, Lin? Kok makannya nggak nafsu gitu?" Papa memandang Lina heran.
"Lina nggak suka masakan Mama, ya? Atau kamu sakit?" tanya Mama Niken. Lina menggeleng. Mama dan Papa saling memandang heran. Sekilas Lina melirik Mama Niken.
Mama Niken cantik, putih, bermata sipit, dan rambutnya lurus. Berbeda jauh dengan dirinya yang hitam manis, bermata bola, dan berambut ikal. Tentu saja berbeda. Mama Niken kan bukan ibu kandungnya, ia keturunan Tionghoa.
Yang jadi masalah adalah, Lina tidak ingin teman-temannya tahu kalau ia punya Mama yang berbeda dengan dirinya. Kalau teman-teman tahu akan terbongkarlah rahasianya, bahwa selama ini Lina punya ibu tiri. Yah, mama Niken adalah ibu tiri Lina. Setelah Mama Lastri, ibu kandung Lina meninggal. Papa menikah lagi dengan Mama Niken.
"Lina, mau nggak cerita sama Mama, kamu ada masalah apa?" tanya Mama yang tiba- tiba sudah ada di sisinya. Lina memandang wajah Mama Niken. Mama Niken baik, tapi Lina malu kalau teman-temannya tahu ia punya ibu tiri.
"Nngg...pekan depan ada acara lomba seni di sekolah," jawabnya pelan.
"Wah, bagus itu," ujar Mama.
"Tapi...," Lina terdiam,"... setiap anak harus ikut lomba prakarya seni bersama ibunya. Yang kompak akan dapat hadiah."
Lina yang masih murung. "Kenapa, Lin?"
"Hmm...maaf ya, Ma. Nanti kalau teman-teman tahu bahwa Mama bukan Mama Lina yang sebenarnya gimana? Kita kan nggak mirip?" Lina tertunduk sedih.
Mama tersenyum.
"Lin, kamu malu ya kalau teman-teman tahu kamu punya ibu tiri?" tanya Mama. Lina menunduk semakin dalam.
"Lina, tidak semua ibu tiri itu jahat, teman-temanmu harus tahu itu. Buktinya Mama sayang sekali sama Lina. Memangnya Mama pernah menyakiti Lina?" tanya Mama lagi. Lina menggeleng.
"Sifat jahat itu tergantung masing-masing orang. Tidak semua ibu tiri jahat," jelas Mama Niken.
"Jadi Lina harus bagaimana?" tanya Lina lagi. www.gurusoal.com halaman-2
www.gurusoal.com halaman-3
"Yah, kalau Lina sayang sama Mama, Lina harus tunjukkan kepada semua orang bahwa kamu bahagia bersama Mama, jadi tidak perlu malu. Begitu juga Mama, Mama akan tunjukkan pada semua orang, bahwa Lina adalah anak Mama tersayang yang Mama banggakan!" kata Mama Niken sambil memeluk Lina erat. Perlahan senyum Lina mengembang.
"Hmm...oke deh. Lina akan tunjukkan ke Ambar dan Teni bahwa tidak semua ibu tiri itu jahat," tekad Lina.
Hari yang ditunggu tiba. Lina bersama Mama Niken tiba di sekolah pukul tujuh tepat dengan memakai gaun dan kerudung kembar yang dijahit Mama khusus untuk mereka berdua. Perlengkapan membuat strimin tak lupa mereka bawa, jarum, benang wol warna warni, dan buku pedoman gambar yang akan mereka sulam.
Semua mata memandang Lina dan Mama Niken heran, habis wajah keduanya sangat berbeda. Anaknya hitam manis dan matanya belo, sedang ibunya putih dan bermata sipit.
"Ssst, itu bener Mamamu ya, Lin? Kok nggak mirip kamu?" Ambar bertanya penasaran.
"Mama tiri kali?" bisik Teni.
"lya, kalau Mama tiri memangnya kenapa?" tanya Lina gagah. Ambar, Teni, dan beberapa teman yang lain berbisik-bisik heran. Biarin aja! Lina cuek.
Lina dan Mama Niken penuh konsentrasi membuat strimin mereka. Mama menyulam kubahnya, Lina menyulam bunga-bunga di tempat yang telah ditunjukkan Mama. Pasangan yang lain ada yang melukis Ka’bah, membuat boneka muslimah, dan lainnya. Tapi tidak ada yang memakai baju kembar seperti Lina dan Mama Niken.
Setelah semua prakarya dikumpulkan, pukul setengah dua belas pengumuman pemenang akan segera dibacakan. Lina menunggu dengan dada berdebar. Akankah mereka menang?
Tak lama Pak Maroto, kepala sekolah naik ke atas panggung untuk mengumumkan pemenangnya. "Setelah mempertimbangkan kekompakan antara ibu dan anak serta kerapihan hasil prakarya, maka kami dewan juri memutuskan pemenangnya adalah....."
Lina menahan napas tegang. Mama Niken menggenggam erat tangan Lina.
"Pasangan Ibu Niken beserta putrinya Lina Wulandari sebagai juara pertama...!"
"Horeeeeee..." Lina melompat kegirangan lalu memeluk Mama. Mama juga tertawa bahagia.
Semua bertepuk tangan atas kemenangan mereka. Ternyata tak ada yang mempermasalahkan kalau Mama Niken adalah ibu tirinya. Ah, bahagianya Lina memiliki Mama Niken yang sangat sayang kepadanya.
Sumber: Majalah Umi edisi Januari 2008
www.gurusoal.com halaman-3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar